“mengapa Tarub tak membakari saja
selendangmu, hingga kau tetap di bumi
membesarkan anak semata wayangmu ?”
Nawang, bidadari itu hanya tersenyum
tak menjawab, justru menarikku ke ujung pelangi
mengajakku bercinta
menari diantara ribuan warna pelangi,
memeluku pada kepasrahannya yang liar,
setelahnya,
ia tersenyum begitu memikat,
melilitkan selendang birunya
sekedarnya, menutupi putih tubuhnya
yang nyaris telanjang…
mendadak aku gemetaran,
napasku tak beraturan
satu-satu,
menjadi gelap !
masih samar kudengar suaramu merayu,
membuatku terhempas, jatuh ke bumi
bergulingan direrumputan dan ilalang biru,
membawa seikat senyummu
membawa sebait kata rayuku,
hm,
bila Tarub tak membiarkanmu kembali ke kahyangan,
tentu aku tak melihatmu hari ini
di sini
di ujung pelangi yang melintasi ladangku !
____________
: aku justru kangen
saat bentangan selendangmu nyangkut di pohon santen depan rumahku !